Thursday, 21 March 2013

Revolusi Media Sosial Google Telat

TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN - Eksekutif Google Eric Schmidt mengaku telah menyesal terlambat datang di revolusi media sosial, setelah hampir sepuluh tahun menjadi CEO perusahaan Google.

Namun, pria yang telah mengundurkan diri dari kursi CEO Google pada tahun 2011 itu mengatakan sangat bangga dengan prestasi Google dalam satu dekade terakhir.

"Sumber rasa bangga saya adalah kekuatan informasi yang meningkat sangat dramatis. Anda benar-benar merasa hidup ketika sudah memberikan jawaban atas pertanyaan orang lain," kata Schmidt, dilansir CNBC News, 21 Maret 2013.

Schmidt mengakui kesalahan terbesarnya adalah tidak jeli melihat revolusi media sosial yang terjadi begitu cepat. "Padahal, itu adalah salah satu tanggung jawab pribadi saya," ujarnya.

Kendati Google Plus (Google+) telat datang ke industri media sosial, tapi menurutnya, sudah sangat baik dan siap untuk bersaing.

"Google Plus akan memberikan jalur untuk interaksi antarmanusia. Dan itu menjadi sangat penting untuk menaikkan ranking Google sebagai mesin pencari. Saya pikir sangat penting bagi Google untuk menjadi pemain di semua teknologi Internet," ungkap Schmidt.

Saat ini, ada empat besar perusahaan yang sedang bertarung dalam industri teknologi. Selain Google, ada Facebook, Amazon, dan Apple.

"Kunci dari kemenangan sebuah perusahaan adalah tingkat kemampuan perusahaan dalam berinovasi untuk mempermudah penggunaannya bagi masyarakat," kata Schmidt.

Masa depan Google

Berbicara masa depan perusahaan yang membesarkannya, Schmidt terus berkomitmen terhadap pentingnya sebuah Internet yang terbuka dan bisa diakses siapa saja. Ini terkait dengan perjalanan bulan Januari kemarin ke Korea Utara.

Pada kesempatan itu, Schmidt menyatakan, bahwa masa depan Google akan terus cerah. "Ini terjadi karena dua faktor, Android dan Google Glass," ujar Schmidt.

Namun ia masih belum yakin apakah orang-orang nantinya akan mengadopsi Google Glass. "Tapi, perilaku manusia terus berubah. Mungkin di masa depan orang-orang membutuhkan satu aplikasi yang bisa menunjang semua kebutuhannya, seperti yang ditawarkan pada Google Glass," tutup Schmidt.